LENSA BOGOR, Kerja keras dan tidak mudah menyerah. Setidaknya itu dua modal utama Tedi (24) Alumni Polbangtan Bogor yang sukses menjadi peternak domba seperti saat ini.
Meskipun pernah berkali-kali gagal dalam membangun usaha, bahkan hingga menanggung kerugian jutaan rupiah ia dapat bangkit kembali.
Saat ini, alumni Polbangtan Bogor itu memiliki peternakan kambing domba di bawah kaki Gunung Gede Pangrango, tepatnya di Desa Pasir Buncir, Kecamatan Caringin, Bogor. Peternakan domba tersebut memiliki kapasitas kandang yang mampu menampung hingga 100 ekor lebih.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan seluruh program yang dirancang Kementan berpusat pada penguatan kapasitas SDM.
“Setiap insan pertanian terus berkarya dan berusaha membangun pertanian Indonesia, meningkatkan produksi, memperkuat rantai nilai dan mendongkrak ekspor komoditas pertanian,” ujar Syahrul.
“Pertanian memiliki potensi yang luar biasa. Potensi yang bisa menghasilkan. Kita berharap generasi muda bisa menggarap sektor ini. Karena, pertanian seperti merpati yang tidak pernah ingkar janji,” tambahnya.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa peningkatan produktivitas pertanian dilakukan melalui peningkatan kualitas, kapasitas, dan pengetahuan SDM pertanian.
“Sektor pertanian akan menjadi lapangan kerja menarik, prospektif dan menguntungkan dan dapat berdampak pada penurunan angka pengangguran serta terjadinya urbanisasi,” kata Dedi.
Tedi menceritakan, ketika baru mulai merintis usaha domba saat di bangku kuliah, sekitar beberapa bulan berjalan proses jual beli domba kambing tersendat akibat pelanggan telat membayar transaksi pesanan domba kambing
“Saat itu baru awal sudah dibenturkan masalah cukup besar,” ungkap Tedi. Namun kejadian itu tidak membuatnya menyerah. Ia mengatakan salah satu sumber semangatnya adalah orang tua ujar Tedi
Selain itu, ia pun belajar dari pengalaman saat beberapa kali menghadapi komplain dari warga yang mempersoalkan posisi kandang sehingga pada akhirnya ia mesti merelokasi kandang, jauh dari hunian warga.
Tedi pernah melakukan Sistem gaduh yakni sistem pemeliharaan ternak di mana pemilik hewan ternak mempercayakan pemeliharaan ternaknya kepada penggaduh hewan ternak dengan imbalan bagi hasil.
Namun usaha pemeliharaan kambing domba yang dilakoninya juga tidak berlangsung lama. Sebab dia merasa usaha dengan sistem gaduh tersebut margin keuntungan domba domba turun dan pendapatannya juga tidak banyak.
Saat itulah dia kemudian mencoba beralih ke usaha jual beli dan peternakan domba. Jual beli domba Awalnya ia melakukan usaha jual beli domba secara tradisional dari pasar ke pasar.
Tedi menambahkan, dalam usaha peternakan domba, adanya kasus kematian domba pasti akan ada. Namun menurut dia salah satu yang menjadi cobaan terberatnya adalah saat modal usahanya masih berada di konsumen yang macet membayar. belajar. Mulai lagi. Dari tahun ke tahun akhirnya ketemu (resep bisnisnya), ya mungkin baru 4 tahunan ini,” tuturnya.
Belajar pada peternak yang sukses, Tedi mengaku tidak malu untuk belajar dari pengusaha yang telah lebih dulu sukses. Selain mengambil ilmunya juga untuk motivasi dan inspirasi. Ia terus menimba ilmu bahkan ke peternak yang lebih besar hingga ke daerah Bogor, Jawa Barat.
Tidak berhenti disitu, alumni Polbangtan Bogor itu terus meningkatkan kapasitas usahanya dengan pembuatan kandang baru dan penambahan populasi kambing domba di kandangnya, salah satunya dengan pengajuan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditawarkan pemerintah melalui arahan kementerian pertanian.